Goa Prasejarah Leang-Leang di Maros
Maros,
menjadi tempat beberapa kebanggaan dari Propinsi Sulawesi Selatan.
Bandara Sultan Hasanuddin yang menjadi hub bagian timur Indonesia,
Bantimurung yang terkenal karena air terjun-nya dan rumah kupu-kupu yang
beraneka macam, waduk Bili-Bili dan beberapa lainnya terletak di Maros.
Salah satu obyek wisata Maros adalah Goa Leang-Leang yang konon
berasal dari masa megalitikum, jutaan tahun sebelum masehi.
Makassar
eh Sulawesi Selatan ternyata memiliki ciri khas banyak nama dan istilah
yang terdiri dari 2 kata yang sama menjadi satu, contohnya : bili-bili, bulu-bulu, pare-pare, leang-leang, pete-pete, joka-joka dan lainnya. Unik dan khas Sulawesi Selatan. Leang dalam bahasa Makassar adalah goa, karena banyak goa di wilayah sekitar sini barangkali, maka diberi nama menjadi Leang-Leang.
Kami menuju ke Goa Leang-Leang, saya ikut dalam tim fotografi yang melakukan kegiatan outdoor photography
di goa tersebut. Goa ini berada di Kecamatan Maros, kira2 hanya 20
menit dengan mobil dari Bandara Sultan Hasanuddin. Berada di dekat
lokasi wisata Bantimurung yang terkenal menjadi ciri khas daerah ini.
Memasuki
wilayah ini, hamparan sawah yang menghijau menjadi latar depan dari
bukit karst yang menjulang tinggi. Tebing-tebingnya yang terjal hampir
tegak lurus tertutup pepohonan yang menghijau. Ini pasti daerah yang
subur dan penghasil padi yang baik.
Mendekati
lokasi kami berhenti di tepi jalan. Rekan saya Arie Darmana Ketua Tim
Fotografi turun dan minta ijin kepada seorang penggembala sapi untuk
memotret dirinya. Dan Alimuddin sambil tersenyum kaku pun mengangguk :
“Iye …” Sejenak kemudian, Arie Darmana menunjukkan hasil fotonya. Dan
saya harus mengakui kelihaiannya dalam memotret. Alih-alih memotret
sawah yang menghijau, gambar yang tampak adalah senyum Alimuddin yang
lebar, asli dan alami dibawah caping gembalanya yang lebar. Gradasi
warnanya sungguh tajam dan tampak jelas. Bagus sekali. Saya jadi ingin
bisa memotret dengan cara itu.
Hari Sabtu pagi yang cerah kami sampai
di lokasi Goa Prasejarah Leang-Leang ini, pintu gerbangnya masih
tertutup. Petugas meminta kami masuk melalui pintu kecil disamping
gerbang. Mobil kami parkir di depan gerbang.
Dan
kami pun memasuki lokasi wisata ini. Jalan setapak beton mengarahkan
kami menuju ke lokasi goa Leang-Leang. Di kanan-kiri batu-batu besar
berserakan ditengah-tengah hamparan rumput hijau. Di sebuah batu besar
kami berhenti dan memotret kesana-kemari. Arie Darmana memberi coaching
rekan-rekannya bagaimana teknik memotret yang baik. Memperhatikan arah
sinar matahari, mencari sudut memotret dan mengatur bukaan rana lensa
dan kecepatan. Begitu deh. Saya cermati uraiannya. Foto yang baik
katanya mengandung unsur C-D-E-F, composition, depth of field, exposure, focus! Waduh … Mesti belajar nih, biar nggak ketinggalan ikut mengabadikan keindahan di sekitar sini.
Kami
berjalan menuju ke goa megalitikum. Sebelum memasuki wilayah goa kami
melewati jembatan diatas sungai yang mengalir, airnya yang jernih dan
beriak cukup keras menambah keindahan dan kesejukan lokasi ini.
Ada
dua buah goa yaitu goa Pettakerre dan goa Pettae. Asri pemandu kami
mengajak kami ke gua Pettakere lebih dahulu. Ada tangga besi untuk
mencapai goa ini. Dan kami bertiga memasuki goa ini di dinding goa ada
gambar telapak tangan putih yang dikelilingi warna merah. Dan seekor
babi rusa yang juga berwarna merah. Ukurannya tidak terlalu besar dan
konon dibuat dalam waktu yang tidak bersamaan.
Kami
naik ke batu goa agar mudah melihat dan meraba gambar tersebut. Konon,
gambar tangan itu adalah tangan perempuan. Asri pemandu kami mengatakan
usia gambar itu sudah lebih dari 5.000 tahun. Bahkan ada yang mengatakan
8.000 sebelum masehi, goa-goa ini sudah didiami oleh manusia purba.
Berarti nenek moyang kita sudah lebih dahulu ada disana dong? Di dalam
goa udara panas, sehingga membuat berkeringat. Setelah mengambil
beberapa foro kami bergegas turun.
Goa
yang lain adalah goa Pettae menghadap ke barat, kira-kira jaraknya 300
meter dari Goa Pettakere. Sebelum masuk goa ada bekas cangkang kerang
laut yang berserakan di bawah dan di dalam goa. Jadi ribuan tahun yang
lalu lokasi ini adalah sebuah pantai. Pintu goa diberi pagar besi an
diberi kunci. Untunglah ada Asri yang membawa kunci sehingga kami bisa
masuk kedalamnya. Dilantai goa lagi-lagi ditemukan kerang laut. Dan di
dalam goa ini adalah lima gambar telapak tangan dan satu gambar babi
rusa meloncat dengan anak panah di dadanya.
Mengenai
gambar tangan, ada tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan,
gambar tangan dengan jari lengkap bermakna sebagai penolak bala,
sementara tangan dengan empat jari saja, berarti ungkapan berduka-cita.
Melihat
hasil gambar yang tampak presisi, barangkali benar analisis yang
mengatakan bahwa gambar itu dibuat dengan cara menempelkan tangan ke
dinding goa, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Zat pewarna
ini mungkin berasal dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat
di sekitar goa, atau dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih.
Beberapa
saat diatas goa kami segera turun lagi. Di sekitar daerah ini ada
terdapat banyak sekali goa sebanyak semacam ini. Jika diteliti lebih
mendalam, situs ini mungkin akan berbicara lebih banyak dan menjelaskan
masa pra sejarah kita semua.