Parikadong (cerita rakyat) yang populer di Kabupaten Maros. Menceritakan tentang Kerajaan Toale atau hutan yang sekarang berlokasi di wilayah kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung.
Bermula ketika lahir seorang putri
cantik jelita di Kerajaan Cendrana yang diberi nama Bissudaeng. Karena
kecantikan dan kelembutannya, jangankan kaum lelaki pada zaman itu,
binatang pun tertarik dan akrab kepadanya.
Tersebutlah seorang raja di Kerajaan
Toakala yang memerintah bangsa kera, ketika sunyi melarutkan semedinya,
kecapi emas di pangkuannya sesekali terdengar menghenyakkan alam Benti
Merrung (nama asli Bantimurung), maka teringatlah ia kepada Bissudaeng
saat pertemuanya pada pesta raga yang diadakan di Kerajaan Marusu.
Dalam semedinya ia menerawang, terdengar
alunan syair lampau yang seumur dengan alam tersebut; “Ndi, sudah dua
purnama kita tak bertemu, badanku gemetar hingga kelubuk hatiku, aku
takkan biarkan Karaeng (Raja) mengurungmu di Istana Cendrana.”
“Oh angin, sampaikan rinduku kelubuk
hatinya, sebab tak bersamanya serupa dengan kematian. Jika aku tak
mempersuntingmu Bissudaeng, biarlah para Dewa mengutukku. Bissu Daeng,
Oh… Bissu Daeng, aku bersumpah! O… Boting Langi’ Kutuklah aku menjadi
kera putih jika takdirku tak bisa mempersuntingnya”.
Tiba-tiba bumi berguncang, langit
menyeramkan, angin bertiup kencang, petirpun menyambar menjemput sumpah
Toakala. Melihat kejadian yang tiba-tiba itu bala tentara Toakala datang
dengan tergopoh-gopoh penuh keheranan.
“Ada apa Toa, kenapa teriak-teriak yang
menyebabkan alam bergemuruh, padahal aku sementara mengintai Bissudaeng
Toa, lihatlah di istana Cendrana selalu ramai. Bissudaeng dikelilingi
Tau Kabbalana (kebal senjata) Cendrana,” seru kera-kara tersebut. “Tapi
kita pakai akal Toa”, sambil sikapnya melirik pada tuannya, kata seekor
kera, panglima dari kelompok kera tersebut.
Tiba-tiba seekor kera meraih bende
(semacam teropong) dan mengintai kerajaan Cendrana. Sambil mengelus-elus
badannya, Puto Bambang Riabbo bertanya pada temannya yang memegang
bende; “Siapa yang kau lihat?” Dengan berbisik Puto Manniri Ballo
menjawab; “Bissu Daeng.” Karena penasaran ingin melihat Bissu Daeng,
kelima bala tentara Toakala itu berebut bende.
Pada sebuah taman dekat Balla Lompoa
(rumah kerajaan), terdengarlah riuh merdu suara seorang wanita. Setelah
beberapa kerumunan yang melingkarinya bergeser, tampaklah Bissudaeng
dihiasi kupu-kupu, pada mahkotanya, rupannya ia sedang bermain dengan
dayang-dayangnya. Tapi tak lama setelah keceriaan itu tampaklah sang
putri sedang dilanda gundah gulana.
Tanrosai salah seorang dayang-dayang
bertanya; “Kenapa putri tidak berusaha membujuk Karaeng untuk tidak
meneruskan keinginannya menjodohkan putri dengan putra Kerajaan Marusu,
bukankah putri…? Bissudaeng memotong pembicaraan Tanrosai; “Toakala
maksudmu Tanrosai, Karaeng adalah ayahandaku, Toakala adalah hidupku.
Tapi perjodohan ini sudah tergaris sejak aku masih dalam ayunan.”
Tiba-tiba Kanang, dayang lain berbicara
meskipun dengan suara yang gemetar; “Maafkan saya putri jika hamba
lantang bicara, seandainya putri meninggalkan istana ini, apa yang akan
terjadi?” “Perang kanang,” kata Tanrosai jelas-tegas. Kanang menimpali;
“Artinya jika itu gagal, Kerajaan Marusu akan memerangi Kerajaan
Cendrana?”
Dengan perasaan gundah gulana,
Bissudaeng meninggalkan taman itu bersama dayang-dayangnya menuju
istana. Tak dinyana tiba-tiba, Bissudaeng dicegat sekelompok pasukan
kera, alhasil Bissudaeng pun diculik, sambil diarak oleh sekelompok kera
yang membawanya menuju jalan ke istana Kerajaan Toakala di Bantimurung.
————————–
Bende = semacam teropong
Benti Merrung = air meruah/bergmuruh (Bantimurung kini)
Boting Langi = penguasa langit
Dewata Seuwwae = dewa di langit
Je’ne Tae’sa = tempat yang tak pernah kering/ selalu berair
Balla Lompoa’ = rumah/istana kerajaan
Bende = semacam teropong
Benti Merrung = air meruah/bergmuruh (Bantimurung kini)
Boting Langi = penguasa langit
Dewata Seuwwae = dewa di langit
Je’ne Tae’sa = tempat yang tak pernah kering/ selalu berair
Balla Lompoa’ = rumah/istana kerajaan
Itulah sedikit cerita yang dapat saya deskripsikan untuk dan saya memohon maaf jika ada yang tidak lengkap
Sumber : RamdhaniBlog